Sidang ke-10
Komite Warisan Budaya Tak Benda UNESCO di Windhoek, Namibia, Selasa (2/12/2015)
menetapkan tiga genre tari tradisi di Bali yang terdiri dari sembilan tarian,
sebagai warisan budaya takbenda dunia sebagai Warisan Budaya Tak Benda (UNESCO
Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity).
Kesembilan Tari Bali tersebut adalah Rejang, Sanghyang Dadari, dan Baris
Upacara yang digolongkan sebagai tarian sakral; Topeng Sidhakarya, Sendratari
Gambuh, dan Sendratari Wayang Wong yang digolongkan sebagai tarian semi-sakral;
serta tari Legong Kraton, Joged Bumbung, dan Barong Ket “Kuntisraya”, yang
digolongkan sebagai tarian hiburan. Berikut penjelasan lebih detil mengenai
kesembilan tari tersebut.
1. Rejang adalah
tari upacara keagamaan yang diadakan di Pura Merajan atau sangga. Berdasarkan
koreografinya, tarian ini tidak begitu terkait pada pedum karang seperti tarian
lainnya. Tarian ini bersifat fleksibel, menyesuaikan situasi dan kondisi,
khususnya pada upacara Pangider Buana, para penari mengitari sajen berputar
putar mengikuti pradaksina.
2. Sanghyang
Dedari merupakan salah satu jenis tari sanghyang.Tari sakral sanghyang adalah
sebuah tari kerauhan yang ditarikan dalam kondisi kesurupan. Tari ini memiliki
tujuan mistis, tidak ditampilkan di depan umum, ditarikan untuk melindungi desa
dari wabah penyakit, bencana alam, dan sebagainya. Tarian ini merupakan tari
tinggalan kebudayaan pra-Hindhu yang ditarikan oleh dua gadis yang masih suci.
Tarian ini tidak diiringi oleh instrumen musik, melainkan iringan beberapa
orang menyanyikan lagu persembahan kepada Dewa.
3. Baris Upacara
adalah merupakan tari-tarian yang pada umumnya tidak memiliki lakon (lelampan)
atau ceritera. Umumnya Tari Baris Upacara dipergunakan atau ditarikan untuk
Dewa Yadnya. Tari Baris Upacara sebagai penunjang upacara Dewa Yadnya ini
banyak jenisnya. Biasanya pada upacara ini, Tari Baris Upacara merupakan symbol
widyadara, apsara sebagai pengawal Ida Betara Sesuhunan turun ke dunia pada
saat piodalan (odalan) di pura bersangkutan dan berfungsi pula sebagai pemendak
(penyambut) kedatangan para dewa.
4. Topeng
Sidhakarya biasanya ditarikan di akhir, menyimbolkan bahwa tari sakral telah
selesai, Dalam sebuah hajatan ritual keagamaan tradisi Hindu (Bali), merupakan
bagian yang tak terpisahkan dengan runtutan upacara sebagai pelengkap guna
mendapatkan keyakinan dalam pencapaian ke arah kesempurnaan suksesnya sebuah
yadnya.
5. Dramatari
Gambuh
Pada umumnya fungsi gambuh adalah sebagai Tari Bebali (seremonial), yaitu sebagai pengiring upacara di pura-pura. Dramatari Gambuh sebagai tari lakon klasik tertua dalam khazanah tari Bali adalah merupakan bentuk total teater yang memiliki unsur seni, drama, music, dialog dan tembang. Dramatari gambuh masih memakai nama-nama tokoh penarinya diambil dari nama-nama kaum bangsawan kerajaan di Jawa Timur pada abad ke 12-14. Nama-nama itu diantaranya Demang Sampi Gontak, Tumenggung Macan Angelur, Rangga Toh Jiwa, Arya Kebo Angun-angun, Punta Tan Mundur, dan lain-lainya. Dramatari Gambuh adalah tari dasar hampir seluruh tari-tarian yang ada di Bali. Dramatari Gambuh sangat erat hubungannya dengan pelaksanaan upacara-upacara besar terutama tingkatan upacara “mapeselang”. Tarian Gambuh ditarikan pada waktu Ida Bhatara turun ke “paselang”.
6. Dramatari Wayang Wong adalah (seni pertunjukan) yang pelaku-pelakunya masnusia atau orang. Merupakan perwujudan dari tari lakon Bali, perpaduan antara tari, drama dan musik. Wayang Wong di Bali adalah merupakan salah satu cabang seni pertunjukan yang bersifat klasik dan merupakan satu kesatuan daripada tari, tabuh, tembang, dan drama dengan menggunakan tapel serta memakai cerita/lakon yang diambil dari lakon (wiracarita) Ramayana.
Pada umumnya fungsi gambuh adalah sebagai Tari Bebali (seremonial), yaitu sebagai pengiring upacara di pura-pura. Dramatari Gambuh sebagai tari lakon klasik tertua dalam khazanah tari Bali adalah merupakan bentuk total teater yang memiliki unsur seni, drama, music, dialog dan tembang. Dramatari gambuh masih memakai nama-nama tokoh penarinya diambil dari nama-nama kaum bangsawan kerajaan di Jawa Timur pada abad ke 12-14. Nama-nama itu diantaranya Demang Sampi Gontak, Tumenggung Macan Angelur, Rangga Toh Jiwa, Arya Kebo Angun-angun, Punta Tan Mundur, dan lain-lainya. Dramatari Gambuh adalah tari dasar hampir seluruh tari-tarian yang ada di Bali. Dramatari Gambuh sangat erat hubungannya dengan pelaksanaan upacara-upacara besar terutama tingkatan upacara “mapeselang”. Tarian Gambuh ditarikan pada waktu Ida Bhatara turun ke “paselang”.
6. Dramatari Wayang Wong adalah (seni pertunjukan) yang pelaku-pelakunya masnusia atau orang. Merupakan perwujudan dari tari lakon Bali, perpaduan antara tari, drama dan musik. Wayang Wong di Bali adalah merupakan salah satu cabang seni pertunjukan yang bersifat klasik dan merupakan satu kesatuan daripada tari, tabuh, tembang, dan drama dengan menggunakan tapel serta memakai cerita/lakon yang diambil dari lakon (wiracarita) Ramayana.
7. Legong Kraton
adalah tari klasik yang melakonkan ceritera-ceritera jaman dulu seperti
ceritera prabu Lasem. Tari ini biasanya ditarikan oleh tiga orang gadis dimana
yang seorang berperan sebagai Condong dan kedua orang lainnya berperan Legong.
8. Joged Bumbung
merupakan salah satu jenis tari Joged yang diiringi dengan gamelan bumbung
bambu dan penarinya perempuan, pengibing laki-laki. Joged adalah semacam tari
pergaulan muda mudi yang diiringi dengan gamelan yang terbuat dari bumbung
bambu. Penari joged pada awalnya menari sendiri yang disebut ngelembar. Setelah
itu penari mencari pasangannya seorang laki-laki yaitu salah seorang lelaki
yang menonton yang dihampiri si penari, dan laki-laki itu kemudian diajaknya
menari bersama-sama atau diajaknya ngibing. Begitulah seterusnya si penari
berganti-ganti pasangan yang dipilihnya. Tari Joged ini ada persamaannya dengan
tari gandrung.
9. Barong Ket
Barong merupakan perwujudan atau prabhawa Sanghyang Tri Murti. Warna topeng atau punggelan berbagai jenis barong yang berwarna bang (merah) adalah simbol Dewa Brahma, yang berwarna ireng (hitam) merupakan wujud Dewa Wisnu, sedangkan yang berwarna petak(putih) merupakan perwujudan Dewa Iswara. Sanghyang Tri Murti yang disimbolkan dengan berbagai jenis barong yang dilawangkan dari satu pintu ke pintu yang lain selama 35 hari diyakini dapat melindungi umat manusia khususnya umat Hindu dari kekuatan merusak yang disebabkan oleh Sanghyang Kala Tiga Wisesa sehingga selamat. Perwajahan Barong pada umumnya merupakan wajah manusia dengan berbagai warna berbeda sebagai simbol tertentu, sedangkan barong ket lebih menyerupai hewan.
Barong merupakan perwujudan atau prabhawa Sanghyang Tri Murti. Warna topeng atau punggelan berbagai jenis barong yang berwarna bang (merah) adalah simbol Dewa Brahma, yang berwarna ireng (hitam) merupakan wujud Dewa Wisnu, sedangkan yang berwarna petak(putih) merupakan perwujudan Dewa Iswara. Sanghyang Tri Murti yang disimbolkan dengan berbagai jenis barong yang dilawangkan dari satu pintu ke pintu yang lain selama 35 hari diyakini dapat melindungi umat manusia khususnya umat Hindu dari kekuatan merusak yang disebabkan oleh Sanghyang Kala Tiga Wisesa sehingga selamat. Perwajahan Barong pada umumnya merupakan wajah manusia dengan berbagai warna berbeda sebagai simbol tertentu, sedangkan barong ket lebih menyerupai hewan.
0 komentar:
Posting Komentar