Natal
tahun 2015, saya mudik ke Inggris. Yang mencengangkan saya adalah cuaca di luar
sana.
Hujan sudah tidak aneh lagi, mengingat pola cuaca Inggris yang dipengaruhi sistem Samudra Atlantik. Namun, yang membuat saya heran adalah hangatnya suhu saat Natal. Temperatur menunjukkan angka 16 derajat celsius di kawasan West Midlands dan bagian lain di Inggris.
Hujan sudah tidak aneh lagi, mengingat pola cuaca Inggris yang dipengaruhi sistem Samudra Atlantik. Namun, yang membuat saya heran adalah hangatnya suhu saat Natal. Temperatur menunjukkan angka 16 derajat celsius di kawasan West Midlands dan bagian lain di Inggris.
Moderator
ramalan cuaca di televisi menjelaskan, fenomena cuaca ini dipicu aliran front
udara hangat yang lembab dari Kepulauan Azores yang mengembus ke timur laut.
Jadi, sebetulnya semua normal dan tidak ada masalah.
Lalu
bagaimana dengan perubahan iklim? Jika kita masuk ke pub lokal, pengunjung juga
tidak peduli fenomena cuaca. Yang penting, ini hari Natal. Jika perlu salju
untuk pohon Natal, gampang, semprotkan saja dengan kaleng aerosol.
Padahal,
pada musim ini, front cuaca normal seharusnya adalah kebalikannya. Arus datang
dari barat daya menuju timur laut, dengan membawa temperatur kutub sedingin es.
Apakah ini pertanda dampak perubahan iklim sudah datang?
Profesor
Myles Allen dari Oxford University mengamini perkiraan ini. Cuaca normal di
Eropa, saat Natal penuh salju, mungkin sudah menjadi fenomena masa lalu.
Musim dingin di Eropa Barat dan Inggris pada masa mendatang akan lebih hangat. Contohnya, Inggris pada bulan Desember tahun 2015 mencatat curah hujan tertinggi dalam sejarah meteorologi sejak 1910. Ini memicu banjir besar di utara Inggris.
Musim dingin di Eropa Barat dan Inggris pada masa mendatang akan lebih hangat. Contohnya, Inggris pada bulan Desember tahun 2015 mencatat curah hujan tertinggi dalam sejarah meteorologi sejak 1910. Ini memicu banjir besar di utara Inggris.
Suhu
rata-rata juga naik lebih dari 4 derajat celsius. Profesor Allen mengatakan,
"Kita tidak bisa mengalahkan perubahan cuaca, dengan berlari seperti
atlet, mengejar target yang terlalu kecil. Ini pertanda bahwa sesuatu telah
berubah."
Banjir melanda di mana-mana, dan kekeringan juga menerpa separuh dunia, terutama di Asia dan Afrika. Kebakaran hutan meruyak mulai dari Indonesia, Australia, hingga ke Amerika Utara. Apakah kita bisa menuduh El Nino sebagai pemicu semuanya? Mustahil.
Banjir melanda di mana-mana, dan kekeringan juga menerpa separuh dunia, terutama di Asia dan Afrika. Kebakaran hutan meruyak mulai dari Indonesia, Australia, hingga ke Amerika Utara. Apakah kita bisa menuduh El Nino sebagai pemicu semuanya? Mustahil.
Namun,
yang paling mencemaskan adalah ketidakpedulian global. Beberapa pekan silam,
peserta KTT Iklim di Paris menyepakati pemotongan emisi CO2 untuk mencegah
pemanasan global. Ini berita bagusnya.
Berita buruknya, 190 negara yang hadir tidak diikat kewajiban untuk menerapkan target yang digariskan. Naasnya pula, menurut para pakar kenamaan, dalam masa ini, pemanasan global kemungkinan sudah mencapai titik kritis, ketika lajunya tidak bisa dihentikan lagi.
Berita buruknya, 190 negara yang hadir tidak diikat kewajiban untuk menerapkan target yang digariskan. Naasnya pula, menurut para pakar kenamaan, dalam masa ini, pemanasan global kemungkinan sudah mencapai titik kritis, ketika lajunya tidak bisa dihentikan lagi.
Selain
itu, masih banyak orang yang tidak percaya bahwa perubahan iklim sudah terjadi
walaupun pertandanya makin jelas dan para ilmuwan sudah mewanti-wanti.
Sekarang buktinya sudah jelas bahwa perubahan iklim yang sudah melanda, seperti dikatakan mantan Wakil Presiden AS, Al Gore, adalah kenyataan yang tidak menyenangkan. Waktu bagi kita untuk mengatasinya pun sudah lama lewat.
Sekarang buktinya sudah jelas bahwa perubahan iklim yang sudah melanda, seperti dikatakan mantan Wakil Presiden AS, Al Gore, adalah kenyataan yang tidak menyenangkan. Waktu bagi kita untuk mengatasinya pun sudah lama lewat.
Sumber
|
0 komentar:
Posting Komentar