Banyaknya akun-akun jejaring sosial
milik ISIS yang diblokir nyatanya tidak menjadikan kelompok ektrimis itu
kehabisan akal. Laporan terbaru dari Ghost Security Group (GhostSec)
menyebutkan bahwa ISIS telah membuat aplikasi perpesanan sendiri yang berjalan
di sistem operasi Android.
Mengutip informasi dari laman The Next Web, Jumat (15/1/2016), aplikasi bernama Alwari itu sering digunakan oleh anggota dari kelompok teroris untuk menjalin komunikasi.
Mengutip informasi dari laman The Next Web, Jumat (15/1/2016), aplikasi bernama Alwari itu sering digunakan oleh anggota dari kelompok teroris untuk menjalin komunikasi.
Dari laporan itu juga diketahui bahwa aplikasi itu sudah didukung kemampuan enkripsi, namun belum sebaik kemampuan enkripsi yang ada di Telegram dan aplikasi serupa.
Meskipun, untuk saat ini kemampuan keamanan aplikasi ini belum sebaik aplikasi lain serupa, bukan tidak mungkin ISIS dapat memperbaikinya. Dan, jika hal ini terjadi ditakutkan komunikasi kelompok tersebut akan semakin sulit dideteksi.
Kendati berjalan untuk sistem operasi Android, Alwari tidak dapat ditemui di Google Play Store. Kemungkinan besar aplikasi ini disebarkan melalui situs-situs internet yang jarang diketahui.
Komunikasi sendiri sering disebut
sebagai tulang punggung seluruh operasi ISIS. Sebab, saat ini anggota kelompok
ini sudah tersebar tak hanya di Irak dan Suriah, tapi juga Libya, Mesir, dan
daerah sekitarnya. Oleh karena itu, aplikasi komunikasi semacam ini tentu
sangat dibutuhkan.
Sebelumnya, ISIS dikabarkan menggunakan aplikasi perpesanan asal Rusia, Telegram, untuk saling berkomunikasi. Namun, setelah serangan di Paris, tahun lalu, Telegram resmi menutup kanal-kanal yang berhubungan dengan kelompok tersebut.
Tak hanya Telegram, beberapa akun media sosial dan situs yang berhubungan dengan ISIS pun dibongkar oleh kelompok hacker Anonyomous. Kelompok tersebut dikabarkan telah membeberkan sekitar 5.000 akun Twitter yang diduga kuat anggota ISIS dan menghapusnya.
Sebelumnya, ISIS dikabarkan menggunakan aplikasi perpesanan asal Rusia, Telegram, untuk saling berkomunikasi. Namun, setelah serangan di Paris, tahun lalu, Telegram resmi menutup kanal-kanal yang berhubungan dengan kelompok tersebut.
Tak hanya Telegram, beberapa akun media sosial dan situs yang berhubungan dengan ISIS pun dibongkar oleh kelompok hacker Anonyomous. Kelompok tersebut dikabarkan telah membeberkan sekitar 5.000 akun Twitter yang diduga kuat anggota ISIS dan menghapusnya.
Sumber : liputan6.com
0 komentar:
Posting Komentar