TALAS (mbothe),
pisang, dan kacang hijau di Jawa Timur (Jatim) memiliki nilai ekonomis luar
biasa. Tidak demikian di Manggarai Barat, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur
(NTT).
Keberadaannya
kurang memiliki nilai ekonomis. Warga kerap membiarkan hasil tanaman itu
percuma tanpa guna. Paling banter dimakan hewan piaraan, babi.
Kondisi
tersebut memantik keprihatinan Ignasius Riven Boi, mahasiswa Prodi Teknologi
Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Dr Soetomo Surabaya.
Pemuda
yang baru saja diwisuda pada Sabtu lalu (3/10) itu menjadikan talas, pisang,
dan kacang hijau sebagai tepung komposit untuk membuat roll cake.
Tapika
adalah nama tepung itu. Sesuai dengan namanya, tapika berarti talas, pisang,
dan kacang hijau. “Keberadaan tepung tapika mampu mendorong warga di Manggarai
untuk membuat roll cake,” katanya saat memaparkan inovasi yang terangkum dalam
tugas akhirnya seperti yang dilansir Radar Surabaya (Jawa Pos Group), Selasa
(6/10).
Pemuda
kelahiran 26 November 1989 itu menjelaskan proses pembuatan tepung tapika.
Talas dan pisang dipotong dan dikeringkan, lantas digiling.
Kacang
hijau disangrai, lalu digiling. “Tepung talas, pisang, dan kedelai dicampur dan
bisa dijadikan bahan roll cake,” kata lulusan SMA Karya Ruteng, Manggarai, NTT,
tersebut.
Setelah
lulus, Riven memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya. Dia memanfaatkan
talas yang banyak tumbuh liar di sana. Dia ingin menggulirkan ekonomi lokal di
daerah asalnya.
0 komentar:
Posting Komentar