Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus berupaya
meningkatkan layanan pendidikan, termasuk layanan pendidikan khusus untuk anak
berkebutuhan khusus (ABK). Dalam pembukaan Gebyar Pendidikan Khusus dan Layanan
Khusus (PKLK) 2015, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Hamid
Muhammad mengatakan angka partisipasi pendidikan khusus di Indonesia masih
rendah. Padahal Kemendikbud sudah menjamin akan memberikan layanan pendidikan
khusus.
“Dari 1,6 juta ABK di Indonesia, baru 164 ribu yang mendapat layanan
pendidikan. Angka partisipasinya berarti 10 -11 persen saja,” ujar Hamid saat
membuka Gebyar PKLK Tahun 2015 di Stadion Imam Bonjol, Padang, (3/11/2015).
Ia mengatakan, salah satu tujuan diselenggarakannya Gebyar PKLK setiap
tahun adalah untuk mempromosikan PKLK. Diharapkan, ke depannya tidak ada lagi
anak-anak berkebutuhan khusus yang tidak mendapatkan layanan pendidikan.
“Ayo cari anak-anak kita yang berkebutuhan khusus untuk bisa masuk ke lembaga
pendidikan khusus. Kemendikbud sudah menjamin ada program afirmasi
untuk semua anak yang berkebutuhan khusus dan dibiayai pemerintah, baik dari
keluarga miskin, menengah bahkan dari keluarga kaya sekalipun itu dijamin oleh
pemerintah,” tegas Hamid.
Ia juga mengimbau para orang tua agar tidak malu memasukkan
anak-anaknya yang berkebutuhan khusus ke sekolah karena setiap anak memiliki
potensi berbeda, termasuk anak berkebutuhan khusus. “Tidak ada istilahnya
tuna bagi anak berkebutuhan khusus.
Mereka punya kapasitas yang berbeda,
karena itu sering disebut difabel (different fability). Jadi
potensinya itu berbeda dengan anak regular, ujarnya.
Melalui Gebyar PKLK, Kemendikbud ingin menunjukkan bahwa anak berkebutuhan
khusus adalah anak yang bisa menunjukkan eksistensinya dan bisa menunjukkan
kemampuannya yang bukan diukur dari segi akademik. Kinerja anak
berkebutuhan khusus ditunjukkan oleh kemampuan dirinya untuk mengaktualisasikan
potensinya.
“Mari kita dorong anak-anak kita untuk meningkatkan keterampilannya
melalui program Gebyar PKLK ini. Mari kita sebarkan ke semua pelosok daerah.
Pertama, cari anak kita yang berkebutuhan khusus, lalu dorong mereka
bersekolah. Kalau tidak ada sekolah, kita bangun.
Kalau pemerinth belum mampu
semuanya, ada pendidikan inklusi yang bisa kita masukkan di sana. Tidak ada
istilah anak-anak berkebutuhan khusus ini tidak bersekolah. Semuanya kita
layani dengan sebaik-baiknya,” tutur Hamid.
0 komentar:
Posting Komentar