Sekolah Luar Biasa (SLB)
seringkali dipandang sebelah mata oleh masyarakat sebagai sekolah yang minim
dengan fasilitas pembelajaran baik bagi siswa, guru, dan kepala sekolah. Namun,
hal itu tidak tertampak di SLB Negeri Sragen, Jawa Tengah, yang saat ini sudah
memanfaatkan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi bagi siswa, guru, dan
kepala sekolah. Selain itu, hal tersebut juga mampu mengubah pandangan
masyarakat tentang SLB yang gagap teknologi menjadi sekolah modern yang
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Kepala SLB Negeri Sragen,
Djoko Sambodo menyampaikan, program gebrakan ini bisa mengangkat mutu
pendidikan SLB secara nasional yang dimulai dari SLB Negeri Sragen terlebih
dahulu. “Program kami ini dapat dilihat atau diunduh oleh siapapun di laman
kami (www.slbn-sragen.sch.id,-).
Mari kita bersama-sama untuk menyebarkan virus kebaikan ini agar seluruh SLB
bermutu dan memberikan pelayanan pendidikan anak berkebutuhan khusus juga
bermutu yang nanti menghasilkan output (hasil langsung dari proses
pendidikan,-) dan outcome (efek jangka panjang dari proses pendidikan,-) yang
bermutu juga,” katanya saat diwawancarai pada acara Siposium Guru 2015 di
Istora Senayan, Jakarta, Senin (23/11/2015).
Pemanfaatan fasilitas
teknologi informasi dan komunikasi di SLB Negeri Sragen meliputi Closed Circuit
Television (CCTV) sebagai alat untuk memonitor proses pembelajaran di kelas
oleh kepala sekolah kapanpun dan dimanapun, komputer dilengkapi internet dan
proyektor untuk proses pembelajaran di kelas, printer braile untuk mencetak
bahan ajar dan memudahkan membaca bagi tuna netra, jejaring nirkabel agar warga
sekolah bisa terhubung dengan internet, mesin absensi digital bagi warga
sekolah, perpusatakaan digital, dan ruang telekonferensi serta laman sebagai
media dalam jejaring untuk menyampaikan informasi kepada siswa, orang tua, dan
masyarakat serta pemangku kepentingan lainnya.
Djoko mengungkapkan,
selain memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, SLB Negeri Sragen juga
telah memiliki standar internasional di bidang sistem manajemen mutu dengan
label ISO 9001:2008. Selain kedua hal tersebut, kata dia, tiga program lain
yang termasuk dalam program Panca Krida Utama itu meliputi pengubahan wajah dan
sarana prasarana sekolah, unjuk kerja dan prestasi oleh seluruh masyarakat
sekolah, dan mendirikan koperasi siswa mandiri. “Melalui Panca Krida Utama ini,
harapan kami bisa mengangkat martabat dan memotivasi SLB lain agar lebih maju
seperti sekolah umum,” ujarnya.
Djoko menjelaskan,
melalui program Panca Krida Utama ini terjadi peningkatan jumlah siswa yang
signifikan dari 56 siswa menjadi 278 sejak 2008 lalu. “Program Panca Krida
Utama yang kami lakukan ini mampu meningkatkan kepercayaan orang tua yang
memiliki anak berkebutuhan khusus dan masyarakat terhadap SLB yang selama ini
dipandang sebelah mata,” tutur Juara 1 Kepala SLB Dikmen Tingkat Nasional itu.
Djoko menyebutkan, sarana
dan prasarana (sarpras) yang dikembangkan di SLB Negeri Sragen adalah gedung
sekolah yang modern dan representative, taman SLB yang ramah anak dan
lingkungan, gedung pusat layana autis dan terapi anak berkebutuhan khusus,
gedung asrama siswa, ruang untuk pengembangan keterampilan bagi warga sekolah
seperti studio musik, salon kecantikan, bengkel otomotif, ruang gomputer, ruang
tata boga, lahan pertanian, dan lahan peternakan. Selain sarpras, kata dia, SLB
Negeri Sragen juga memiliki guru berprestasi di tingkat nasional, 90 persen
guru berpendidikan sarjana (S1) dan sisanya berpendidikan pasca sarjana (S2),
serta pernah tiga kali memecahkan rekor Museum Rekor Republik Indonesia pada
kategori dalang cilik, angklung, dan kuda lumping bagi anak berkebutuhan
khusus.
0 komentar:
Posting Komentar