Minggu Ketiga November, Bumi Akan Gelap
Gulita?
Beredar kabar Bumi akan mengalami fenomena alam langka
pada tanggal 15-24 November mendatang. Fenomena alam tersebut membuat Bumi
gelap gulita. Lalu apakah kabar tersebut benar?
Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pun kebanjiran
telefon dan e-mail dari
orang-orang yang meminta penjelasan dari para ilmuwan. Namun, NASA membantah
telah merilis pernyataan tersebut.
“Bertolak belakang dari apa yang telah Anda baca atau
dengar, NASA tak pernah mengeluarkan pernyataan terkait kegelapan selama 7 atau
14 hari pada bulan November, yang diakibatkan badai matahari,” demikian
pernyataan Earth Observatory NASA, seperti dikutip dari Express.co.uk, Selasa,
3 November.
NASA menegaskan, kabar tersebut hanyalah bohong belaka.
“Jadi, mari kita menjalani dan menikmati hari-hari terakhir pada tahun 2015,
siang maupun malam,” lanjut pernyataan NASA tersebut.
Sebelumnya diberitakan oleh Newswatch33.com, mereka punya
penjelasan yang terdengar meyakinkan.
Menurut penjelasan tersebut, pertengahan November nanti,
Jupiter dan Venus bakal berada pada posisi nyaris paralel, hanya terpisah satu derajat.
Venus akan melintasi sisi barat daya Jupiter, dan entah bagaimana, bakal
membuat planet itu bersinar sepuluh kali lebih terang dari Jupiter, planet
terbesar dalam tata surya.
Cahaya yang dipancarkan Venus akan memanaskan gas yang
menyelubungi Jupiter dan memicu reaksi berantai. Hidrogen yang terlepas dari
Jupiter berhamburan ke angkasa, bahkan sampai ke permukaan matahari. Ledakan
dahsyat bakal terjadi kala partikel-partikel hidrogen menghujani permukaan
matahari.
Kontan suhu permukaan matahari melonjak 9.000 derajat Kelvin.
Untuk meredam ledakan, inti matahari melepaskan panas,
membuat warna matahari berubah kebiru-biruan. Butuh waktu paling tidak setengah
bulan hingga matahari kembali normal. Selama itu pula, matahari bakal meredup
dan bumi gelap gulita. Matahari akan pulih dan bumi terang kembali pada 30
November pukul 04.45 petang, tak jelas zona waktu mana.
“Kejadian itu mirip yang biasa dialami penduduk Alaska di
musim dingin,” tulis Newswatch33.com, yang mengklaim mengutip Charles Bolden.
Tak jelas apakah kabar dari situs tersebut faktual, namun
NASA telah membantahnya.
0 komentar:
Posting Komentar