Model pembelajaran yang
efektif dan menyenangkan sangat dinantikan oleh para peserta didik. Seorang
guru dituntut untuk terus mengembangkan model pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan itu agar semangat belajar anak-anak terus terpacu. Dyan Widya
Agustina, guru kelas 4 SD Islam Bunga Bangsa Samarinda, Kalimantan Timur
memahami betul tuntutan itu. Maka, ia ciptakan sebuah alat bantu pembelajaran
yang diberi nama Monte Karlo Parti.
Monte Karlo Parti adalah
kependekan untuk monopoli, kartu kuartet, Kurikulum 2013, dan papan penuh arti.
Dyan menggabungkan tiga jenis permainan sekaligus dalam alat yang
dikembangkannya itu, yaitu monopoli, permainan kartu kuartet, dan papan
checker. Monte Karlo Parti bukan sembarang permainan. Alat pendukung
pembelajaran ini diciptakan untuk mendukung pembelajaran tematik terpadu yang
diterapkan pada sekolahnya yang sudah menggunakan Kurikulum 2013.
Inovasi Dyan dalam
menciptakan permainan ini diganjar penghargaan dari Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai Juara 1 Lomba Kreativitas Guru SD Tingkat Nasional
tahun 2015. Ia mendapat kehormatan diundang ke Jakarta bersilaturahim dengan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan beberapa waktu
lalu. Dalam peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2015, ia bersama peraih
penghargaan guru dan tenaga kependidikan berprestasi-berdedikasi lainnya juga
bertemu dengan Presiden Joko Widodo pada Selasa (24/11) di Istora Senayan,
Jakarta.
Dyan menilai, tuntutan
Kurikulum 2013 mengharuskan guru mengajar secara tematik terpadu. “Dengan alat
bantu pembelajaran ini, guru terbantu sekali karena dengan permainan, anak
tidak merasa seperti sedang belajar,” ungkap Dyan dalam presentasinya di
hadapan para guru yang mengikuti “Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan 2015”
di kawasan Istora Senayan, Jakarta, Senin (23/11). Acara ini digelar sebagai
rangkaian peringatan HGN 2015.
Dyan mengutip penyataan
seorang filsuf dunia, Confusius yang mengungkapkan pernyataan. “Tell me and I
forget. Jika anak hanya diomongkan, maka ia akan lupa. Show me and I remember.
Tunjukkan, maka ia akan ingat. Let me do it and I understand. Biarkan anak
melakukannya, maka anak akan memahami,” tutur guru berjilbab itu.
Atas dasar itulah ia
memahami bahwa dalam proses pembelajaran, seorang anak harus ikut bersama-sama
‘melakukan’ agar mengerti materi yang disampaikan. Dyan mengembangkan alat
bantu pembelajaran ini untuk Tema 3, yaitu Peduli Terhadap Makhluk Hidup. Untuk
membuat satu set permainan dalam satu tema yang terdiri atas tiga subtema
membutuhkan biaya sekitar Rp 235.000. Bahan-bahan yang digunakan juga mudah
diperoleh, seperti karton, plastik laminating, wadah bekas, gunting.
“Anak-anak sengaja
dilibatkan membantu membuat permainan ini. Saya menggambar sendiri tokoh-tokoh
dalam permainan ini untuk mempertahankan orisitalitas ide dan anak-anak yang
mewarnainya. Ukuran papan permainan monopoli dibuat lebih besar dari ukuran
sebenarnya agar dapat memasukkan materi pembelajaran di dalamnya,” jelas Dyan.
Menurut guru kelahiran
Samarinda, 10 Agustus 1976 ini, penggunaan Monte Carlo Parti sangat membantu
guru dalam proses pembelajaran karena dapat digunakan di kelas yang memiliki
jumlah siswa yang besar ataupun kecil. Dapat pula digunakan oleh kelompok siswa
yang pendiam dan kelompok siswa yang banyak bicara.
Dari hasil pembelajaran
menggunakan permainan Monte Carlo Parti di sekolahnya, Dyan mengungkapkan
setidaknya ada lima manfaat yang dapat diambil. Pertama, mudah dan menyenangkan
untuk dimainkan siswa karena tidak terasa seperti belajar. Kedua, terkandung
pesan moral dan sikap terpuji, misalnya siswa diajak menaati peraturan,
disipliln, mau berbesar hati menerima kekalahan. “Karena pada dasarnya
permainan akan membuat siswa bersaing sehat,” tambahnya.
Manfaat ketiga,
memudahkan siswa memahami materi. Siswa tidak perlu ‘disuapi’ oleh guru, karena
mereka sendiri yang memainkan permainan itu dan dapat memahami materi
pembelajaran. Keempat, menghidupkan suasana kelas, dan kelima, permainan ini
dapat diduplikasi. “Jika ada guru yang ingin menduplikasi permainan ini di kelas,
saya senang sekali jika ini bermanfaat untuk guru lainnya,” ungkap Dyan.
Ia percaya, jika
seseorang mengajak kebaikan yang bermanfaat bagi orang banyak, maka hasil
kebaikan itu akan kembali lagi padanya, tanpa mengurangi kebaikan yang
diterimanya. Dyan yakin dengan membagikan inovasi ini, ia berharap dapat
membantu guru dalam proses pembelajaran di sekolah lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar