Penyelenggaraan Frankfurt
Book Fair 205 , di mana Indonesia berperan sebagai tamu kehormatan, telah usai.
Banyak dukungan dari para sastrawan dan seniman agar pemerintah meneruskan
program penerjemahan karya sastra yang telah dilakukan pada Frankfurt Book Fair
2015. Mendikbud Anies Baswedan merespons positif aspirasi tersebut. Ia
menyatakan komitmennya untuk meneruskan program penerjemahan, tidak hanya untuk
karya sastra, tetapi juga karya budaya lainnya.
“Kita menginginkan agar
karya Indonesia tidak hanya menjadi tuan rumah di negeri sendiri, melainkan
juga di negeri orang. Harus ada upaya serius dalam penerjemahan. Tidak terbatas
dalam urusan yang terkait dengan produk sastra saja,” katanya dalam acara
syukuran dan ramah tamah dengan Komite Nasional Indonesia untuk Frankfurt Book
Fair 2015, di Plasa Insan Berprestasi Kemendikbud, Jakarta, Rabu malam
(25/11/2015).
Ia kemudian menceritakan
kunjungannya ke Google Cultural Institute di Paris, beberapa waktu lalu.
Mendikbud mengatakan, Google Cultural Institute telah menjadikan Candi
Borobudur sebagai situs pertama yang bisa dijelajahi para peselancar dunia maya
melalui kemampuan visual digital dari Google. Ke depannya, ujar Mendikbud,
Google Cultural Institute akan bekerja sama dengan Kemendikbud agar situs-situs
bersejarah lain di Indonesia juga bisa dikunjungi secara virtual.
“Misalnya kita bisa
jalan-jalan ke keraton-keraton di Indonesia secara virtual, atau menjelajahi
Sangiran secara virtual. Jadi proses penerjemahan jangan hanya fokus pada satu
produk budaya saja,” ujar Mendikbud.
Ia mengatakan, Indonesia
adalah negara yang besar, karena itu kita harus memikirkan sesuatu yang besar
untuk semakin membesarkan nama Indonesia di kancah internasional. “Pondasinya
dimulai dari pengalaman Frankfurt Book Fair 2015.
0 komentar:
Posting Komentar